Setelah melakukan sidang isbat, Kementerian Agama menetapkan awal Ramadhan jatuh hari Rabu (10/7) lusa. Sebab saat ini berdasarkan pengamatan NASA di Jakarta tinggi hilal hanya 0,39 derajat, sehingga tidak mungkin melihat bulan.
Menteri Agama, Suryadharma Ali, yang memimpin sidang isbat, mengatakan dari 36 titik pemantauan, hilal terlihat di bawah batas yang ditentukan. Sehingga ditetapkan awal Ramadhan jatuh pada 10 Juli. "Saya simpulkan, berdasarkan laporan-laporan bahwa posisi hilal adalah minus 0 derajat 56 menit, dari 36 orang yang berada di berbagai tempat untuk melakukan rukyat," kata Suryadharma, Senin (8/7).
Titik lokasi pemantauan antara lain Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulut, Sulteng, NTT, Bali, NTB, Sulsel, Mamuju, Kalteng, Kaltim, Kalbar, Kalsel, Jatim, DIY, Jateng, hingga Aceh.
Selain melihat hilal, penetapan awal Ramadhan ini juga berdasarkan rangkuman pendapat dan laporan dari masing-masing pimpinan organisasi Islam. "Apa yang disampaikan Pak Cecep tadi saya kira sudah sangat jelas, saya melihat dari NASA bahwa di Jakarta tinggi hilal 0,39 derajat. Sedangkan menurut pakar astronomi itu, sangat tak mungkin melihat hilal walaupun memakai teropong. Maka 1 Ramadhan jatuh hari Rabu," ujarnya.
Perwakilan dari PBNU, Malik Madani, menuturkan walaupun rukyat dijadikan dasar sebagai penentuan awal Ramadhan, namun hisab tak boleh ditinggalkan. "PBNU menganggap hisab tak boleh ditinggalkan, hisab memandu rukyat agar tak ngawur adanya. Karena hilal belum nampak, maka puasa hari Rabu," ujarnya.
Sidang isbat sendiri dihadari oleh Wakil Menag, duta besar dan perwakilan negara sahabat, MUI, Komisi VIII DPR dan sejumlah pimpinan ormas Islam. Namun tidak tampak terlihat PP Muhammadiyah. Pasalnya, PP Muhammadyah sendiri memang telah mengumumkan awal Ramadhan jatuh pada, Selasa (9/7) besok.
No comments:
Post a Comment
Nama :
Pendidikan :